Friday, December 26, 2008

kora2 - kincir2 - tornado

Akhirnya tercapai juga apa yang diidam-idamkan Rahma,jalan jalan ke dufan. Yah, walaupun sebenarnya aku sudah pernah kesana, namun perjalanan kedufan kali ini juga merupakan sesuatu yang kuidamkan. Soalnya, kali pertama aku ke dufan adalah ketiku ikut rombongan family gatheringnya PT HYNO,dimana bang budi (suaminya elok, adik mamaku) bekerja. Waktu itu aku ke dufan ketika risha, sepupuku masih berumur satu tahun, yah, imbasnya aku tidak puas menikmati permainan permainan yg ada, karena harus menemani elok dan risha. Yah sekarang saatnya,aku bersama 3 cewek petualang ukm (petualang??? ) lainnya, yaitu rahma, towet n nina. Mo tahu kisah kita selanjutnya.... yuks....

Awal nyampe didufan kita buka dengan memasuki dunia 3D extreme log. mhh, berkesan, tapi tak banyak yang bisa kuceritakan. Selanjutnya, petualang diteruskan dgn menaiki halilintar. Yah kukira itu adalah halilintar kecil (nama lainnya lupa). Ternyata yang kita naiki itu adalah halilintar yang guede. Yah sensasinya, lumayan, bikin pusing tujuh kelililng, hehehe. Sempat deg degan dan takut ketika memikirkan kepalaku harus berada di bawah, namun kekhawatiran dan ketakutan itu segera hilang ditelan nafsu yang menggelora...Ayo Mee,... akhirnya, selesai juga..




Permainan selanjutnya yang kita nikmati adalah ontang anting sikursi terbang, yang sebelumnya gagal kunaiki karena waktu pertama kali ke dufan aku menggunakan rok, otomatis aku tak bisa menaikinya. Kemudian petualangan dilanjutkan dengan menaiki pontang panting dan .... lupa euy namanya, pokoknya permainan yang bentuknya lingkaran trus kita duduk dipinggir-pinggirnya, lalu bergerak gerak lah lingkaran itu sekehendak hatinya yang mana gerakannya mampu mengocok perut dan membuat kepalaku pusing serta jantung ku berdetak (ya iyalah, gw hidup gitu loh... ). Pada saat naik permainin ini, baru ketahuan, Towet, ternyata mental mu tak sesangar tampang mu, hwahahaha, ternyata ada tampang yang lebih penipu dari diriku. Jika rahma selalu bilang mental ku tak sekuat tampangku alias tampang penipu, maka towet lebih penipu lagi, setelah naik pontang -panting akhirnya towet memutuskan tidak mau naik apa-apa selain bianglala?? WHAT??? towet, ternyata.....




Untuk memberikan ketenangan hati pada towet akhirnya kita ber4 melanjutkan petualangan dgn naik bianglala. Yah, cukup memberikan kesempatan untuk jantung ku berisitirahat sejenak sebelum melanjutkan petualangan. Pada saat menikmat pemandangan disekitar dufan dari atas bianglala, tertujulah mata rahma pada tornado. Yah, tornado adalah permainan yang paling ingin diinginkan rahma untuk dinaiki. Rahma? mmhhh, sungguh berbeda dgn towet. Uni yang selalu tampil sok imut tapi tak pernah imut ini (ups, jaan berang lo mah, terimalah kenyataan yg ada, hahaha) ternyata memiliki mental sekuat baja. Tak henti-hentinya ia menyebut tornado dari awal petualangan. Sedangkan aku dan nina (towet sudah pasti say No for Tornado) menjawab dengan setangah nggak yakin setengah nggak mau.


Petualangan dihentikan sejenak untuk melakukan recharge energi masing-masing. Kita ber4 butuh suply energi untuk melajutkan perjalan. Akhirnya kita memutuskan makan di super bento (bener nggak sih namanya?) dengan memilih menu "paket" yang sudah pasti paling sesuai untuk kantong kita2 yang datang ke dufan dgn modal pas2an (yah, memang saat ini Allah baru menakdirkan kita hidup pas2an temans, makanya tetap berjuang, semangat... :P) . Setelah makan siang, istirahat kita lanjutkan dengan mengistirahatkan ruhani, alias sholat dhuhur. Ketika di musholla, kita (tepatnya aku n ramha) bertemu dgn ranu, tekkim itb '05, dgn ragu2 untuk saling menyapa, akhirnya keyakinan itu muncul juga bahwa kita memang saling mengenal, walaupun dengan kembali mengenalkan identitas masing2. "O i a, teh mega,.." akhirnya ranu mengingat diriku... huhuhu, akhirnya , setelah sekian lama, aku mendengarkan kembali seseorang memanggilku teteh,.... hwaaaaaaaaaa kangen bandung............




Yah, kita kembali ke cerita petualangan. Setelah istirahat, akhirnya kita putuskan naik Kora2. huhuhu, aku suka sensasinya. Walaupun jantungku serasa mo terbang ketika aku berada di atas dan melihat serta menyadari bahwa aku berada jauh diatas bumi, namun aku sangat menyukai sensasi ketika aku berada diatas. Aku memang menyukai berada diketinggian, walaupun tak bisa dipungkiri bahwa ketakutan itu pasti ada, namun aku menyukainya. Perasaan seolah olah aku bisa terbang, melayang ke angkasa (kembali terlintas cita cita masa kecilku untuk menjadi pramugari). Anda pembaca pasti sudah tau dimana keberadaaan temanku towet, yah, towet ada dibawah menjadi photographer dadakan kita. Oh ya, permainan kora2 yang kita naikin tidak berlangsung selama yang semestinya, karena ternyata ada seseorang yang pingsan ketika naik kora kora. mmhh, serem juga yah ternyata kalau kita sebenarnya tidak sanggup, takut, tapi dipaksain. terbayang oleh ku seandanya towet yang pingsan diatas kora2, wah, terima kasih sekali wet engkau telah berbaik hati untuk tidak mau merepotkan kami, hehehe...




Setelah naik kora-kora, kita melanjutkan petualangan dengan masuk ke dunia perang bintang. Yah, tidak banyak yang bisa diceritakan, apa lagi hal memalukan dimana skor ku adalah yang paling kecil diantara kami berempat.. (lho, kok dikasih tau juga???)


Setelah perang bintang, rahma merengek rengek seperti seorang anak kecil minta mainan untuk mengajak kita naik tornado. Dengan langkah setengah percaya diri, kami (aq dan nina) mengikuti rahma yang sedang membayangkan dirinya terbang di udara dan towet yg amat sangat pede mengatakan tidak. Sesampai didepan sana, kami melihat orang orang yang tengah terbang dan dibanting banting di udara. Yang ada dalam pikiran ku saat itu adalah, ketika aku berada diatas, tak ada bedanya dgn naik kora2, trus ketika kepala ku harus berada dibawah, itu tak ada bedanya dengan naik halilintar. Lalu kenapa aku harus takut? aku berkata didalam hati. Akhirnya kutatap nina yang sedang mencoba meminta keyakinan dari mataku, yah ku coba meyakinkan nina dan dirku sambil berkata pada rahma, "mmhh, ga pikia2 lu yo mah," gubraksss.... keyakinan itu ternyata tak terucap dari mulutku.


Akhirnya towet sang bundo kanduang yang bijaksana mencoba berbicara kepada 3 orang wanita yang sedang memandang tornado untuk memperoleh keyakinan dan suntikan percaya diri, "sumbayang ashar se wak lu, beko siap tu baru wak putuskan". Akhirnya petualangan kita hentikan sejenak untuk mengistirahatkan fisik n rohani, demi menghadap sang pencipta untuk meminta sedikit percaya diri untuk naik tornado. Eits,... sesampai di musholla, ternyata ada godaan nafsu yang memanggil manggil, yah kincir kincir. Dengan lirikan penuh keyakina, aku tau bahwa segumpal daging kecil di dalam dadanya rahma sedang loncat loncat menggoda untuk menghampiri kincir-kincir tersebut, kembali towet sudah pasti will say no. dan keputusan kembali berada ditangan orang2 yang setengah pede, aku dan nina. Kembali saling menatap, akhirnya kali ini, kami putuskan "hayuk mah, kita naik kincir kincir"


Yah, akhirnya kunaiki juga engkau kincir2, batinku. Kali pertama ke dufan telah kuyakinkan hatiku bahwa aku tidak akan menaikimu, namun kenyataannya sekarang, aku telah mendudukimu. Kupandang nina disampingku, dan kutahu bahwa ketakutan pun bersarang dihatinya saat ini, tegang dan khwatir. Diseberang sana, waluapun aku tak bisa melihat rahma, namun aku yakin bahwa dibibir nya tersungging senyum kemenangan. Sebelum kurasakan tempat duduk ku terbang dan melayang serta diputar putar, tak henti hentinya mulut ku berucap, "Allahu akbar, allahu akbar, Laaila haillallah, muhammadarrasulullah" segera setelah tempat duduk ku berada diatas, mataku pun tak sanggup untuk tak terpejam. Kucoba melihat bumi ketika aku tengah melayang-layang, namun segera mata ini kembali terpejam... hwaaaa, ya Allah, aku terlelmpar pada suatu sensasi yang mengerikan....


Tapi semua itu hanya sesaat (yakin lo??) stelah aku berada dibawah dan jiwa raga ku kembali menyatu serta berkumpul dengan sahabat sahabat petualang ku, dengan yakin aku akan mengatakan bahwa aku akan naik tornado. Namun keyakinan itu segera berkurang ketika semua teman2 ku mengatakan "ndeh, mega pucek bana tau..., ndak usahlah ga naiak tornado lai, pingsan lo beko" hwaaaa, kalian, selagi aku semangat2 nya kenapa dijatuhkan,...


Setelah menunaikan sholat ashar, kami akan kembali ke arena pertempuran, TORNADO, namu kembali rahma berkata "mega masih pucek". Yah, jujur memang aku masih gemetaran setelah naik kincir-kincir, jantung ku masih belum tenang, bahkan sgholat ashar ku pun jauh dari khusyuk, Astaghfirullah,.. Namun, sesampainya diarena tornado...., kami bertiga kembali menyaksikan pertunjukan tornado yg sedang berlansung. Rahma, sudah pasti will say yes, towet will say no, lalu, aku dan nina, kembali saling memandang untuk saling meyakinkan, dan jawabannya kali ini adalah "yuks, mari kita naik tornado"


hurayyy, akhirnya, aku dapatkan juga keyakinan itu untuk menaklukan mu tornado,... akan ku buktikan bahwa aku tak selemah anggapan orang2 itu... yah, towet, duduk menunggu di luar arena sambil memegangi tas kami bertiga. Lalu rahma, nina, dan aku mulai memasuki arena dan berjejer di antrian. Ketika munggu antrian yang tidak terlalu panjang namun juga tak bisa dibilang pendek, kami bercerita untuk saling menguatkan. "ingek mega, senjata kita, tutup mata" kata nina pada ku. Yah, kataku sambil tersenyum. cukup dengan menutup mata seperti halnya naik kincir-kincir, pikir ku dan nina, itu akan menjadi senjata andalan aku dan nina untuk mengatasi ketakutan kami.


Ketika rahma dan nina larut dalam obrolan, ntah kenapa tiba-tiba aku pun larut dalam pikiran ku sendiri. Kulihat antrian dibelakangku, ada beberaspa orang yang telah mengisi antrian. Kupandangi rahma n nina yang asyik berbicara dan ntah kenapa, tiba2 aku merasa demam, dan dadaku sesak. Ku coba mendekati mereka dan setengah berbisik kukatakan, "mah, nin, ga ndak jadi ikuik doh yo. Ga kalua lai" dan segera ku balikkan tubuh, keluar dari antrian sambil dikuti senyuman rahma n nina serta pengunjung2 lainnya. Yah, akhrnya ku sadari ego ku ternyata tak mampu mengalahkan ketakukan dalam hatiku. Sesampainya diluar towet memandangku dengan wajah penuh gelak tawa. Beuh,...aq tau engkau akan menertawakan ku wet..., tapi biarlah, senyuman dan tawaan itu menurut ku lebih baik daripada aku nekat meneruskan petualanganku. Yah, tornado, ternyata engkau masih belum mampu aku taklukan, semoga suatu saat...




Tornado akhirnya mengakhiri petualangan kita. Setelah naik tornado, akhirnya terucap juga dari mulut rahma bahwa ini benar2 menantang. Sebelumnya, kora2 (yg sangat ditakuti towet) dan kincir2 (yang sempat membuat ku pucat pasi) belum apa-apa baginya. Sedangkan nina, sejak awal melangkah menuju tornado hingga keluar dari arena peperangan tak henti hentinya memperlihatkan ketegangan, mengatakan padaku "untuang ga ndak jadi naik, untuang bana", dan aku pun menyadari,.. untung aku nggak jadi naik,...hehehe...


Yah begitulah petualang kita-kita menuju dufan, diakhir petualangan terdapat perbedaan pendapat antara aku dan rahma, bagi rahma kora2 lebih menegangkan daripada kincir2, sedangkan bagiku, kincir2 jauh lebih menakutkan daripada kora2. mmmhhh, trus bagaimana menurut anda??? silahkan berpendapat sendiri sendiri :) yang pasti, aq yakin tidak akan ada yang beranggapan bahwa tornado lebih baik daripada dua hal tersebut, hehehe...


Oh ya, ada dua permainan lagi yang tidak kuceritakan disini, dua duanya aku lupa namanya, yang satu basah2an n yg satu lagi terbang...dan berputar2..., namun tak banyak yg bisa kuceritakan dari dua permainan tersebut :)



(busyet, panjang juga ternyata...)

0 comments: